Wednesday, May 30, 2012

DUA MALAM DI WAMENA

Sudah berada di Papua namun tak ke Wamena?Pastilah tak lengkap rasanya.Paling tidak demikianlah kata banyak orang.Sebenarnya Wamena merupakan kota pertama yang ingin saya datangi setiba di Jayapura beberapa bulan yang lalu,namun karena belum ada kesempatan maka rencana ke Wamena selalu tertunda.Beberapa hari yang lalu ternyata doa saya didengar Tuhan.Saya bisa pergi ke Wamena karena  ajakan teman-teman dari Jayapura.Mas Zulpan,Atiet,Mas Sri dan Henni.Saya selalu takjub dengan apa yang direncanakan Tuhan untuk saya.Disaat saya merasa nggak bisa kemana-mana justru kesempatan itu bisa terwujud.Maka,inilah saya dengan cerita tentang Wamena!


Sabtu,26 Mei 2012 kami berenam berangkat ke Wamena,ibukota Kabupaten  Pegunungan Jayawijaya dengan menggunakan pesawat Trigana pada pukul 08.30 WIT.Dibutuhkan waktu kurang lebih 50 menit untuk sampai di kota Wamena.Pemandangan dari pesawat aduhai indahnya.Sejauh mata memandang hanyalah hijau,hijau dan hijau.Tentu saja hutan dimana-mana. Kota Wamena sendiri terletak di lembah Baliem yang dialiri oleh sungai Baliem dan diapit oleh pegunungan Jayawijaya di selatannya.


Tiba di bandara Wamena ternyata kami tak hanya disambut oleh sejuknya udara di sana melainkan juga disambut oleh Kasat Lantas Polres Jayawijaya,Kapolsek KP3 Udara beserta istri dan pengurusnya.Kesan pertama di bandara Wamena agak terkaget-kaget melihat bandaranya yang S3 alias sangat sangat sederhana.Usut punya usut,bandara yang lama pernah terbakar.Saya dan Atiet sampai gatel pengen motret-motret bandaranya Setelah istirahat sejenak di Polsek KP3 dan menunggu bagasi kamipun menuju Hotel  Baliem Pilamo dan setelah itu acara muter-muterpun dijalani.




Distrik Kurulu.Inilah tujuan pertama kami,mengintip warga di sana yang masih memakai koteka maupun Sali (rok rumbai asli Papua)sehari-hari.Suatu pemandangan yang tak lagi saya dapatkan di Jayapura.Di Wamena kita masih mudah menjumpai orang yang berlalu lalang di seputar kota dengan menggunakan koteka saja.Seru bangeeett…di Kurulu kami disambut oleh anak-anak yang ternyata sudah mulai mengerti uang :D Henni memang membawa permen untuk mereka tapi rupanya mereka lebih suka meminta uang setelah kami ajak berfoto.
Di sana Noken (tas yang dibawa di kepala),kalung manik-manik dan asesoris lainnya juga dijual oleh warga di desa tersebut.Harganya?Hmmmm nggak ada yang murah,hihihihi….kalung manik-manik biasa saja bisa mencapai Rp.100.000,
Untuk berfoto di desa itu sendiri kami dipungut biaya.Biasanya perfoto mereka minta sekitar Rp.150.000,- atau tergantung nego dengan warganya.Untuk memotret mummy pun kita bisa dipungut biaya sebesar Rp.200.000,- Alamak! Mahalnya berwisata di Papua ini!Kali ini kami nggak tahu berapa jumlah uang yang mereka minta karena kami bolak-balik jeprat-jepret  tapi Kasat Lantas melarang kami membayar alias kami dibayari hehe....So?*meski merasa tak membayar namun masih shock dengan mahalnya berfotoria di Kurulu*



Kami bertemu dengan Kepala suku di Kurulu yakni pak Yali Mabel yang putranya ternyata taruna di AKPOL yang akan dilantik tahun ini.Olalaaa…kerennya!Kami tak menduga ternyata sang Bapak yang masih berkoteka itu memiliki putra yang patut dibanggakan!*two thumbs*Pak Yali juga bisa berbahasa Indonesia,jadilah Pak Yali kami ajak berfoto juga.Cheers!
 Dengan Pak Yali Mabel (samping saya)

Mummy yang kita bisa temui di Kurulu  konon berusia 347 tahun.Namanya  Wimontok Mabel.Di Wamena sendiri ada sekitar 7 mummy yang letaknya berpencar.Jika ingin tahu tentang mummy Wamena,teman-teman bisa klik link ini  http://lembah-baliem.blogspot.com/2008/07/obyek-wisata-mumi-aikima.html 



Goa Lokale jadi tujuan kami berikutnya.Goa yang konon ujungnya sampai kota Jayapura itu menurut cerita belum ada wisatawan yang berhasil menembusnya.Dengar-dengar malah ada bule yang hilang di dalam sana.OMG.Ada apakah gerangan di dalam goa tersebut?Kami hanya masuk sedikit saja untuk menghilangkan rasa penasaran.Hasilnya?Tetap saja penasaran hahahaa!



Pernah lihat pasir putih di daerah pegunungan?Hmmm..teman-teman harus lihat yang satu ini: Pasir Putih.Merupakan salah satu tujuan wisata juga di Wamena.Alam yang indah disekelilingnya benar-benar membius.Gunung-gunung,rumput ilalang dan tarian bunga liar menemani acara muter-muter di sana.



 Lelah berkeliling,kami diajak makan siang di sebuah rumah makan yang menyajikan menu ikan dan ayam.Walaaahh…pemiliknya ternyata orang Yogya,je…asli Kulonprogo.Sukses buat Pak Ngadiri untuk usahanya.Makanannya yummy!



Sore itu kami akhiri acara muter setelah mampir ke Polres Jayawijaya dan malamnya kami diajak makan malam lagi di Rumah makan Ikan mujair.Saya lihat di daftar menu ternyata harganya juga ajaib…lebih mahal dari Jayapura*makan sambil bengong*



Hari Minggu adalah saatnya kami ke The Baliem Valley Resort yang lebih dikenal sebagai Hotel Jerman,mungkin karena pemiliknya yang asli Jerman.Perjalanan ke hotel ini membutuhkan perjuangan.Mitsubishi Strada yang kami naiki berguncang-guncang tak menentu.Jalannya,cckk ccckk…menanjak,berbatu dan tak mulus.Hampir satu jam dibutuhkan untuk sampai di sana dari hotel tempat kami menginap namun siapapun yang ke sana takkan rugi begitu turun dan melihat pemandangan yang keren bangeeett! Hotelnya pun keren.Berbentuk honai (rumah asli papua) namun ajaibnya jam 10 malam listrik di sana sudah padam dan hanya disediakan lilin di kamar-kamar.



Setelah muter-muter di Hotel Jerman kami menuju sungai Sogokmo.Sungai tempat wisata ini terletak di distrik Asotipo.Setelah makan siang yang disediakan Kasat lantas dan anggota,saya dan Atiet memilih main air di sungai,lebih tepatnya narsis di sungai,dink …sambil melihat ada seorang bapak tua berkoteka yang nyasar juga di tempat wisata tersebut.



  Pria tua berkoteka yang nyasar kami ajak berfoto

Jembatan gantung di Asolokobal pun kami datangi.Selain itu Pasar Jibama di kota jadi tujuan kami berbelanja sore itu.Keladi ungu,jeruk dan markisapun di borong Henni dan Atiet.Saya sendiri tertarik dengan keladi ungunya.Kata Henni,untuk memasaknya kita tak perlu mencuci keladi tersebut,cukup di kupas,potong-potong kemudian diolah.Di Jibama saya membeli juga sebuah noken warna soft pink seharga Rp. 80.000,- Hmmmm…lagi mikir-mikir,mau dipakai kemana ya??

 Jembatan Gantung


 Beli keladi dan noken (yang dipakai Mas TH) di pasar Jibama

Malam kedua di Wamena,kami makan malam di luar hotel.Wamena tak sesepi yang kuduga.Henni dan mas Sri yang pernah tinggal di Wamena mengatakan  empat tahun yang lalu Wamena tidaklah seramai sekarang.Sebagai contoh,cafe yang kami datangi telah memiliki fasilitas bilyard dan karaoke di lantai atas.Hmm...mulai ada kehidupan malam di Wamena.Hanya satu yang jadi pertanyaan saya,kemana penerangan jalan dan traffic light di Wamena??



Hari Senin kami semua kembali ke Jayapura.Dua malam yang berkesan di Wamena membuat saya semakin bersyukur atas hidup saya yang telah diberi kemudahan untuk dapat menikmati keindahan alam Papua ini.Terimakasih untuk acara muter-muter di Wamena!Terimakasih Tuhan,terimakasih yang istimewa untuk mas Zulpan,Atiet,Mas Sri dan Henni.Kapolres Jayawijaya dan istri,Dian yang meskipun saat itu sedang  tak berada di Wamena namun telah memberi kemudahan bagi kami berwisata di sana,Kasat Lantas Jayawijaya AKP Bayu beserta istri,Kapolsek KP3 udara IPTU Dodik beserta istri,Pak Harbani,Ibu-Ibu pengurus Bu Budi,Bu Sunarto,Bu Suryanto dan semuanya.Thanks juga untuk driver tangguh kami Yusuf dan Pak Ruslan.Jika ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi,jika ada umur panjang boleh dong kita ke Wamena lagi…. *Wa wa wa…(ucapan terimakasih dalam bahasa Wamena)

Baliem Pilamo Hotel
Jl.Trikora 114 (0969) 31043-32359 Wamena
Website: Baliempilamohotel.com
Rate: From Rp.456.000-Rp.3.600.000,-
The Baliem Valley Resort
Http://www.baliem-valley-resort.de
Rate: WNI Rp.950.000
WNA: Rp.1.500.000,-

Monday, May 21, 2012

HORE-HORE DI NABIRE


Banyak hal yang membuatku bersyukur dalam hidup ini.Mempunyai teman-teman yang baik dan care terhadapku dan keluarga adalah salah satunya.Thank God di Papua saya menemukan teman-teman yang sangat luar biasa.Seminggu yang lalu saya dan suami diundang oleh salah seorang teman kami yang berada di Nabire.Saya pernah diiming-imingi berlibur di salah satu pulau keren yang ada di sana,tapi terus terang saya lupa nama pulaunya.Lagipula waktu itu tak terpikirkan bisa melancong kesana mengingat harga tiket pesawat di Papua yang gila-gilaan bangeeeettt…*melet-melet*


Ternyata semuanya bukan hanya mimpi.Saya bisa mewujudkan perjalanan saya ke Nabire karena kebaikan hati Mas Rois dan Mbak Bieka,Kapolres Nabire saat ini.Waaahh rasanya excited sekali!Setelah packing saya dan  mas TH berangkat menggunakan pesawat Wings dari Jayapura dan perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam.Terasa lama karena saya sangat antusias dan nggak sabaran ingin segera berkencan dengan alam Nabire.Yiuukkk….!

,

Jumat,11 Mei 2012 pukul 13.00 WIT kami tiba di Bandara Nabire dan dijemput oleh Mbak Bieka,Kasat Lantas,KBO Serse beserta pengurus Bhayangkarinya dan acara jalan alias muter-muter di Nabirepun dimulai.Makan siang di pinggir pantai MAF,menghadiri acara bakar batu yang diadakan oleh berbagai suku di Nabire,mengelilingi Bendungan Kalibumi,memetik jeruk di Wanggar dan bermain air di Pulau Ahe adalah tawaran yang sangat renyah menggiurkan.Kriuk!


 Pinggir pantai MAF dan depan patung selamat datang Nabire

Hari Jumat itu kebetulan Mas Rois mendapat undangan untuk menghadiri acara bakar batu dalam rangka peresmian beberapa Sekolah Dasar terpencil di Nabire yang diadakan di Wadio,sekitar setengah jam dari kota Nabire.Mengikuti acara bakar batu yang belum pernah saya lihat??Wuiihhh ini jelas-jelas menyenangkan!

 Bersama satu kelompok yang menghadiri acara bakar batu

 Babi bakar yang dibagikan ke undangan

Meskipun kami terlambat datang dan tak melihat semua prosesinya,kami masih sempat melihat bagaimana mereka membagikan daging babi kepada para undangan yang duduk berkelompok di tanah lapang.Saya perhatikan ada beberapa orang yang bertugas berlarian membagikan potongan daging tersebut.Jika teman-teman penasaran dan ingin tahu apa itu tradisi bakar batu bisa intip di :  http://greenbirepapua.blogspot.com/2012/04/mengenal-tradisi-bakar-batu-di-papua.html   atau di http://wisatapapua.wordpress.com/wisata-provinsi-papua/pesta-bakar-batu/

 Perempuan pembawa daging babi



Tempat lain yang ditawarkan Mas Rois dan Mbak Bieka untuk saya kunjungi hari berikutnya adalah Bendungan Kalibumi.Lokasi bendungan ini berjarak kurang lebih 2 km dari pusat pemukiman penduduk SP 1 termasuk dalam wilayah Kampung Bumi raya,distrik Wanggar Kabupaten Nabire.Alam sekitarnya mendukung dan jika ditata lagi pastilah bendungan ini bisa dijadikan lokasi wisata yang potensial di Nabire.



 Bendungan Kalibumi

Bergeser dari bendungan,saatnya ke kebun jeruk nabire yang terkenal itu…hmmm slruupp nyam nyam….biasanya cuma mencicipi jeruknya,sekarang kami benar-benar berada di kebunnya!Orange’s everywhere….tapi kok malah sayang ya buat metiknya…sepertinya nggak tega gitu lihat buahnya dipetikin hahahaa….Btw,selain jeruk di kebun yang juga milik Pak Kapolsek Nabar itu juga ada tanaman lain seperti kacang panjang,cabe dan masih banyak lagi.Hmmmm…langsung ingin masak rasanya!Thanks Pak Nunuk Haryono yang sudah merelakan kebunnya diacak-acak dan dipakai berfoto-foti ria :D



Hari ketiga di Nabire adalah saatnya bermain air!Kami diajak Mas Rois dan Mbak Bieka juga pengurus Bhayangkari muter-muter di Pulau Ahe.Nah ini dia pulau yang pernah diiming-imingi ke saya.Akhirnyaaaa….saya bisa juga mengunjunginya!Perjalanan ke Pulau Ahe ditempuh kurang lebih satu jam dengan menggunakan kapal setelah sebelumnya dari kota kami menuju Satpol Air Polres Nabire di pelabuhan/pantai Samabusa yang berjarak sekitar setengah jam berkendara.Cuaca dan suasana hati yang cerah seakan mendukung perjalanan kali ini.Mendekati pulau Ahe yang kini dikelola oleh seorang bule yang dipanggil ‘Pakde’ oleh Ibu-ibu Bhayangkari,rasanya damaaaiii banget!Pantainya yang berpasir putih serta air yang biru kehijauan menyambut kami.Arrghhh…is it heaven?God…it’s not a dream anymore…Here we comeeee!



Awan  di atas Ahe menyerupai seekor burung yang mengepakkan sayap

Pulau Ahe sendiri sering didatangi oleh wisatawan mancanegara Selain pemandangan alamnya, pulau yang bertetangga dengan Pulau Babi ini juga memiliki pemandangan bawah laut yang keren bangeeett.Di Pulau Ahe juga terdapat bangkai pesawat tua peninggalan sekutu pada Perang Dunia II.Perairan yang dihiasi terumbu karang dan kekayaan biota lainnya menambah keindahan pulau ini.Tentu saja bagi yang suka diving pasti akan jatuh cinta dan tergila-gila dengan keindahan pulau Ahe.Belum lagi whale sharknya yang terkenal di sekitar perairan ini.Kami bertemu dengan pasangan penggila diving dari Jerman yakni Dirk dan Simona.Mereka sengaja datang ke Ahe karena ingin melihat ikan hiu paus berukuran besar tersebut.Tahun lalu mereka pergi ke Honduras untuk melihat whale shark yang serupa,namun mereka belum beruntung karena tak bertemu dengan si hiu yang jinak pemakan plankton itu.Di Ahe mereka beruntung dan bisa memotret sang whale shark bertotol-totol dari jarak dekat.Konon ada sekitar duapuluhan ekor ikan hiu paus yang hidup di perairan ini.




 Bersama Mas Rois,Mbak Bieka,Simona dan Dirk

Selagi para bapak berdiving ria,kami para ibu juga melakukan aktivitas sendiri yakni snorkling disekitar pulau.Bintang laut,ikan warna-warni menemani acara snorkling kami.Wowww….mereka bersliweran di antara kaki dan tubuh!Benar-benar menyenangkan…saya merasa berada dan dibuai di surga!



 Bersama Pengurus Cabang Nabire

Meski Ahe memendarkan bling-bling pesonanya,kami tetap harus mengakhiri acara muter-muter di sana.Kami kembali ke kota sore harinya.Sebelum mencapai kota saya sempat mampir ke lokasi pendulangan emas di sungai dalam perjalanan pulang.Kota Nabire sendiri diberi Julukan sebagai kota emas karena sudah banyak penambang-penambang tradisional yang berhasil karena usaha mereka dalam pengelolaan tambang rakyat.Sayangnya waktu itu kami sudah tak bertemu para pendulang emasnya.Kebayang deh kalau saya ikutan mendulang dan dapat kerikil emas *ngareeeeppp*


Latar belakang sungai tempat pendulangan emas

Tak ada liburan yang tak berakhir.Senin,14 Mei 2012 saya dan Mas TH kembali ke Jayapura.Saya bawa sejuta kenangan tentang Nabire.Kebaikan hati dan keramahan Mas Rois,Mbak Bieka,Intan juga suaminya Yugi Bayu (Kasat Lantas Polres Nabire) Ibu Fahri,serta seluruh pengurus Bhayangkari dan semuanya yang tak dapat saya sebutkan satu persatu akan selalu kami bawa selamanya.Terimakasih telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyelami misteri kota yang cantik ini.
Bye-Bye Nabire...selalu ada cinta untukmu,wahai kota emas!

BOOKING AHE DIVE RESORT & Contact with Ahe:
For more information and bookings please contact Papua Eco Tourism :Mr. Arne  ahepapua@gmail.com