Tuesday, July 31, 2012

Perbatasan Indonesia-Papua New Guinea di Sota Merauke

"Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau...." Ingat lagu tersebutkan?Siapa sangka sampai juga saya di Merauke,kota paling ujung di timur Nusantara.Bermula dari percakapan biasa melalui BBM di suatu Jumat sore(13 Juli 2012) antara saya dan Atiet yang tiba-tiba ingin berakhir pekan di Merauke.Rencana yang sangat mendadak namun terlaksana.Ikutlah saya dengan Atiet dan mas Zulpan ke Merauke!


Patung Yesus di bandara Mopah Merauke
Dengan waktu yang hanya sehari kami kelilingi kota "Rusa" dengan tujuan utama perbatasan Indonesia -PNG yang sangat ingin didatangi Atiet.Pak Ma'ruf seorang anggota Polisi yang bertugas diperbatasan dan profilenya pernah ditayangkan di acara Kick Andy ternyata mencuri perhatian kami.Aiptu Ma"ruf yang kini telah mendapat penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat diatasnya menjadi IPDA karena dedikasinya ini kami temui di Sota,salah satu distrik lokasi perbatasan tersebut,sekitar 1,5 jam ditempuh dengan kendaraan dari kota Merauke.




Baiklah,apa yang ada di sekitar perbatasan Sota....ternyata pak Ma'ruf telah menghias sedemikian rupa dengan kemampuannya untuk memperindah perbatasan.Selain itu kita bisa melihat rumah Semut yang juga berada disana. Sebenarnya sepanjang perjalanan ke Sota kita bisa temui di pinggir jalan rumah-rumah semut tersebut namun sepertinya yang paling besar ada di taman perbatasan



Ada satu lagi yang bisa kita lihat di Sota adalah tugu kembar : Tugu Sabang-Merauke.Yup,memang betul,selain di Sota Merauke tersebut,tugu seperti ini bisa kita temukan pula di kota Sabang NAD.Hanya,sayang sekali,tugu di Sota tersebut tak terawat.



Pantai Lampu satu bisa pula kita temui di Merauke,tak jauh dari kota.Pada saat kami kesana tepat senja menjelang.So romantic menghabiskan waktu dengan warna jingga dan rambut acak-acakan karena tertiup angin di sana wuuuuzzzz.....



Sudah ke Merauke tapi tidak mencicipi atau membawa pulang oleh-oleh dendeng atau abon rusa?Wah,ada yang kurang....jadi jangan lupa bila teman-teman ke Merauke mampir di kios oleh-oleh yang berada di belakang gedung Golkar.Kemudian jika ingin melihat kerajinan dari kulit buaya,disanapun banyak kita temui show roomnya.Soal makanan,jangan kuatir,ada cafe Tenda yang menyajikan makanan seafood.Kita bisa temui ikan,udang kali yang maknyus dan kepitingnya yang ngangeni!Nyam-nyaaaammm...Ada satu lagi tempat makan yang direkomendasikan salah seorang teman saya yang tinggal di sana,Sri,yakni bakso yang lokasinya di depan RRI.Slrruuppp...Oya kalau mau makan ikan bakar atau sekedar santai makan jagung,teman-teman bisa juga datang ke Semangga.Semua sudah kami coba!Thanks ya Sri atas infonya!




Semalam di Merauke yang tak terlupa....terimakasih tak terhingga Atiet dan Mas Zulpan yang sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk ikut mengelilingi kota Rusa ini.Terimakasih juga untuk kasat Lantas Merauke Putu dan istri yang telah menyempatkan diri mentraktir kami makan malam.Merauke...sangatlah oke!

Friday, June 8, 2012

Menjejakkan kaki di Teluk Bintuni dan Manokwari


Saya kembali melakukan perjalanan keluar kota minggu lalu.Kali ini saya mengikuti Mas TH yang sedang ada tugas supervisi  di dua Polres di Papua Barat.Baiklah!Saya mengepack koper lagi dan bersiap-siap menuju Teluk Bintuni dan Manokwari.


Jumat,31 Mei 2012 perjalanan kami mulai berlima (Saya,Mas TH dan tiga orang anggotanya) dari Sentani,Jayapura dengan menggunakan pesawat Expressair menuju Manokwari.Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam dan kami tiba di Manokwari sekitar pukul 12.00 WIT.Kapolres Manokwari Mas Agustinus beserta istri,Mbak Lia dan beberapa adik junior menemui kami di Bandara Rendani Manokwari.Waahh..terimakasih Mas dan Mbak Agustinus sampai repot-repot menjemput dan mengantar kami untuk take off kembali ke Bintuni satu jam kemudian.


Pesawat sejenis twin otter SUSI AIR mengantar kami ke Teluk Bintuni.Cyaaaaaa…pesawat berpenumpang hanya 7 orang dengan Mas pilot bule yang ganteng-ganteng.Mas Pilot Yakob ternyata menerbangkan pesawat selama kurang lebih 40 menit dan landing di bandara Teluk Bintuni dengan mulusnya.Thank you Mas Pilot!




Teluk Bintuni dilihat dari atas

Setelah acara supervisi,Kapolres Teluk Bintuni  AKBP Situmeang ,Sik mengajak kami menyusuri sungai yang ada di sana hingga ke muara sekaligus mancing.Wow,ternyata inilah Teluk Bintuni,dimana-mana sungai,sungai dan sungai.Dari atas kita bisa lihat sungainya yang berkelok-kelok dan saya beruntung bisa merasakan menyusuri sungai dan melihat pemandangan pulau-pulau di sekitarnya.Oya,hasil mancing sore itu hanya mendapatkan beberapa ekor ikan sembilang saja yang mirip lele itu hihihihi...



 Senja di Teluk Bintuni(kiri) Ikan sembilang (kanan)

Kami hanya semalam di Teluk Bintuni yang merupakan kabupaten baru pecahan dari Manokwari.Kota yang tenang ini kami tinggalkan pada hari Jumat setelah sebelumnya saya sempat numpang foto-foto di halaman rumah orang.Lhoo..ngapain ya..hihihi…saya tertarik dengan bunga kertas berwarna kuning,merah dan ungu yang ditanam di depan rumah penduduk tersebut.Keren!



Hal yang mencuri perhatian saya di bandara Teluk Bintuni selain gedung bandaranya yang baru dan masih bersih adalah...jreng jreeng...ternyata berat badan kami harus ditimbang sebelum menaiki pesawat.Orang berikut barang-barangnya ditimbang bersama-sama.Terus terang,baru kali ini saya mengalaminya,hehe... Bang Situmeang,thank you so much yaaa...bye-bye Bintuni!


Perjalanan kembali kami lanjutkan ke Manokwari.Mas Pilot kali ini lebih ganteng lagi rupanya hahaaa…yuukk foto lagii!Landing yang mulus menghantar kami kembali menjejakkan kaki di bandara Rendani.Manokwari…saya kembali!



Siangnya kami diajak oleh Mas Agus dan juga adik-adik junior lainnya bertemu di Mansinam Hotel untuk makan siang dan kemudian muter-muter di Pulau Mansinam.Dari Hotel  terlihat di depan mata ada dua Pulau yakni Pulau Lemon dan Pulau Mansinam.Maka,dengan speedboat kami menuju kesana….Pulau Mansinam yang menyimpan sejuta cerita.



Baru saya ketahui bahwa Pulau Mansinam menyimpan sejarah dari awal peradaban injil di Tanah Papua dan yang sampai saat ini sudah menjadi tradisi umat kristiani untuk diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua. Tepatnya tanggal 5 Februari 1855 ada dua missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gottlob Gissler menginjakkan kaki pertama kali di pulau tersebut. Di sana kita bisa saksikan tugu peringatan masuknya Injil untuk pertama kalinya di Tanah Papua dan ada beberapa situs sejarah lainnya yang dapat menjadi bukti peradaban injil, yakni situs Gereja, rumah, asrama, sumur tua dan beberapa Makam.


Silahkan klik link berikut jika teman-teman ingin mengetahui sejarah Pulau Mansinam dan juga apa saja yang bisa kita temukan di pulau tersebut : http://sweetvania.blogspot.com/2012/01/sejarah-pulau-mansinam-manokwari.html Check this out!


Saya sendiri  sempat muter-muter melihat tugu,fondasi Gereja dan juga sumur tua yang bisa kita minum airnya.Pada saat kami kesana saya lihat ada anak-anak Mansinam yang sedang bermain bola.Ternyata Pulau ini berpenduduk dan luas pulaunya mencapai 410,97 Ha.

 Gereja dan sumur tua

Hari berikutnya saya dan Mbak Lia muter-muter juga di Pantai Pasir Putih. Pantai ini berjarak kurang lebih 5 km dari pusat kota dan di sana kita bisa temui pantai yang berpasir putih dengan ombak yang tak terlalu besar sehingga aman untuk berenang atau sekedar bermain air.Saya ditemani ibu-ibu dari Intel dan juga anggota dari Polres,Depyanto,menyusuri pantai sampai ke arah barat.Rujak Pasir Putih yang lezatos pun kami cicipi,nyam-nyam!Senja yang indah di Pasir Putih saya lewatkan dengan tak henti-hentinya mengagumi keindahan alam Manokwari.




Dua malam kami lewatkan di kota Manokwari.Kota yang memiliki luas wilayah 18.746 km² dan menyimpan banyak tempat indah yang bisa kita datangi ini rasanya sulit untuk kita tolak.Jika ada kesempatan,kenapa tak ke Manokwari? Kota yang ramai dan yang telah memiliki banyak fasilitas dibanding kota-kota lainnya di Papua ini rasanya harus teman-teman kunjungi!

Swiss-belhotel Manokwari

 Lee Cafe bersama Mas Agus dan Mbak Lia

Kami kembali ke Jayapura dengan membawa kenangan indah tentang Manokwari juga kebaikan hati dari sahabat kami Mas Agustinus,Mbak Lia juga anggota-anggotanya.Terimakasih tak terhingga untuk Mas Agustinus,Mbak Lia atas keramahan dan sambutannya juga yang tak lelah menemani kami selama di Manokwari.Sukses untuk Mas dan Mbak!Wakapolres beserta istri,Novi,adik-adik tercinta; Ika,Gita,Dyah,Kasat Intel beserta istri,ibu-ibu dari Intel; Ibu Suharyana dan Ibu Elias Bugis,Depyanto dan juga semua yang tak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah menyambut,menemani hingga mengantar kami kembali hingga bandara Rendani.God Bless you all!

Swiss-belhotel Manokwari
Jl.Yos Sudarso no.8 Manokwari,Papua Barat
Telp : (62-986) 212999
Email: manokwari@swiss-belhotel.com

Mansinam Beach Resort Manokwari
Jl. Pasir Putih no 7 Kenari Tinggi Kwawi 
Manokwari
Telp; (62-986) 213585

Lee cafe,reflexologi,salon,live music
Jl. Merdeka no 125
Manokwari

Oleh-oleh Abon Gulung:
Hawai bakery & Coffee shop
Jl. Jendral Sudirman no 100 
telp : 0986-212189
Cabang: Bandara Rendani
telp : 0986 2706456

Wednesday, May 30, 2012

DUA MALAM DI WAMENA

Sudah berada di Papua namun tak ke Wamena?Pastilah tak lengkap rasanya.Paling tidak demikianlah kata banyak orang.Sebenarnya Wamena merupakan kota pertama yang ingin saya datangi setiba di Jayapura beberapa bulan yang lalu,namun karena belum ada kesempatan maka rencana ke Wamena selalu tertunda.Beberapa hari yang lalu ternyata doa saya didengar Tuhan.Saya bisa pergi ke Wamena karena  ajakan teman-teman dari Jayapura.Mas Zulpan,Atiet,Mas Sri dan Henni.Saya selalu takjub dengan apa yang direncanakan Tuhan untuk saya.Disaat saya merasa nggak bisa kemana-mana justru kesempatan itu bisa terwujud.Maka,inilah saya dengan cerita tentang Wamena!


Sabtu,26 Mei 2012 kami berenam berangkat ke Wamena,ibukota Kabupaten  Pegunungan Jayawijaya dengan menggunakan pesawat Trigana pada pukul 08.30 WIT.Dibutuhkan waktu kurang lebih 50 menit untuk sampai di kota Wamena.Pemandangan dari pesawat aduhai indahnya.Sejauh mata memandang hanyalah hijau,hijau dan hijau.Tentu saja hutan dimana-mana. Kota Wamena sendiri terletak di lembah Baliem yang dialiri oleh sungai Baliem dan diapit oleh pegunungan Jayawijaya di selatannya.


Tiba di bandara Wamena ternyata kami tak hanya disambut oleh sejuknya udara di sana melainkan juga disambut oleh Kasat Lantas Polres Jayawijaya,Kapolsek KP3 Udara beserta istri dan pengurusnya.Kesan pertama di bandara Wamena agak terkaget-kaget melihat bandaranya yang S3 alias sangat sangat sederhana.Usut punya usut,bandara yang lama pernah terbakar.Saya dan Atiet sampai gatel pengen motret-motret bandaranya Setelah istirahat sejenak di Polsek KP3 dan menunggu bagasi kamipun menuju Hotel  Baliem Pilamo dan setelah itu acara muter-muterpun dijalani.




Distrik Kurulu.Inilah tujuan pertama kami,mengintip warga di sana yang masih memakai koteka maupun Sali (rok rumbai asli Papua)sehari-hari.Suatu pemandangan yang tak lagi saya dapatkan di Jayapura.Di Wamena kita masih mudah menjumpai orang yang berlalu lalang di seputar kota dengan menggunakan koteka saja.Seru bangeeett…di Kurulu kami disambut oleh anak-anak yang ternyata sudah mulai mengerti uang :D Henni memang membawa permen untuk mereka tapi rupanya mereka lebih suka meminta uang setelah kami ajak berfoto.
Di sana Noken (tas yang dibawa di kepala),kalung manik-manik dan asesoris lainnya juga dijual oleh warga di desa tersebut.Harganya?Hmmmm nggak ada yang murah,hihihihi….kalung manik-manik biasa saja bisa mencapai Rp.100.000,
Untuk berfoto di desa itu sendiri kami dipungut biaya.Biasanya perfoto mereka minta sekitar Rp.150.000,- atau tergantung nego dengan warganya.Untuk memotret mummy pun kita bisa dipungut biaya sebesar Rp.200.000,- Alamak! Mahalnya berwisata di Papua ini!Kali ini kami nggak tahu berapa jumlah uang yang mereka minta karena kami bolak-balik jeprat-jepret  tapi Kasat Lantas melarang kami membayar alias kami dibayari hehe....So?*meski merasa tak membayar namun masih shock dengan mahalnya berfotoria di Kurulu*



Kami bertemu dengan Kepala suku di Kurulu yakni pak Yali Mabel yang putranya ternyata taruna di AKPOL yang akan dilantik tahun ini.Olalaaa…kerennya!Kami tak menduga ternyata sang Bapak yang masih berkoteka itu memiliki putra yang patut dibanggakan!*two thumbs*Pak Yali juga bisa berbahasa Indonesia,jadilah Pak Yali kami ajak berfoto juga.Cheers!
 Dengan Pak Yali Mabel (samping saya)

Mummy yang kita bisa temui di Kurulu  konon berusia 347 tahun.Namanya  Wimontok Mabel.Di Wamena sendiri ada sekitar 7 mummy yang letaknya berpencar.Jika ingin tahu tentang mummy Wamena,teman-teman bisa klik link ini  http://lembah-baliem.blogspot.com/2008/07/obyek-wisata-mumi-aikima.html 



Goa Lokale jadi tujuan kami berikutnya.Goa yang konon ujungnya sampai kota Jayapura itu menurut cerita belum ada wisatawan yang berhasil menembusnya.Dengar-dengar malah ada bule yang hilang di dalam sana.OMG.Ada apakah gerangan di dalam goa tersebut?Kami hanya masuk sedikit saja untuk menghilangkan rasa penasaran.Hasilnya?Tetap saja penasaran hahahaa!



Pernah lihat pasir putih di daerah pegunungan?Hmmm..teman-teman harus lihat yang satu ini: Pasir Putih.Merupakan salah satu tujuan wisata juga di Wamena.Alam yang indah disekelilingnya benar-benar membius.Gunung-gunung,rumput ilalang dan tarian bunga liar menemani acara muter-muter di sana.



 Lelah berkeliling,kami diajak makan siang di sebuah rumah makan yang menyajikan menu ikan dan ayam.Walaaahh…pemiliknya ternyata orang Yogya,je…asli Kulonprogo.Sukses buat Pak Ngadiri untuk usahanya.Makanannya yummy!



Sore itu kami akhiri acara muter setelah mampir ke Polres Jayawijaya dan malamnya kami diajak makan malam lagi di Rumah makan Ikan mujair.Saya lihat di daftar menu ternyata harganya juga ajaib…lebih mahal dari Jayapura*makan sambil bengong*



Hari Minggu adalah saatnya kami ke The Baliem Valley Resort yang lebih dikenal sebagai Hotel Jerman,mungkin karena pemiliknya yang asli Jerman.Perjalanan ke hotel ini membutuhkan perjuangan.Mitsubishi Strada yang kami naiki berguncang-guncang tak menentu.Jalannya,cckk ccckk…menanjak,berbatu dan tak mulus.Hampir satu jam dibutuhkan untuk sampai di sana dari hotel tempat kami menginap namun siapapun yang ke sana takkan rugi begitu turun dan melihat pemandangan yang keren bangeeett! Hotelnya pun keren.Berbentuk honai (rumah asli papua) namun ajaibnya jam 10 malam listrik di sana sudah padam dan hanya disediakan lilin di kamar-kamar.



Setelah muter-muter di Hotel Jerman kami menuju sungai Sogokmo.Sungai tempat wisata ini terletak di distrik Asotipo.Setelah makan siang yang disediakan Kasat lantas dan anggota,saya dan Atiet memilih main air di sungai,lebih tepatnya narsis di sungai,dink …sambil melihat ada seorang bapak tua berkoteka yang nyasar juga di tempat wisata tersebut.



  Pria tua berkoteka yang nyasar kami ajak berfoto

Jembatan gantung di Asolokobal pun kami datangi.Selain itu Pasar Jibama di kota jadi tujuan kami berbelanja sore itu.Keladi ungu,jeruk dan markisapun di borong Henni dan Atiet.Saya sendiri tertarik dengan keladi ungunya.Kata Henni,untuk memasaknya kita tak perlu mencuci keladi tersebut,cukup di kupas,potong-potong kemudian diolah.Di Jibama saya membeli juga sebuah noken warna soft pink seharga Rp. 80.000,- Hmmmm…lagi mikir-mikir,mau dipakai kemana ya??

 Jembatan Gantung


 Beli keladi dan noken (yang dipakai Mas TH) di pasar Jibama

Malam kedua di Wamena,kami makan malam di luar hotel.Wamena tak sesepi yang kuduga.Henni dan mas Sri yang pernah tinggal di Wamena mengatakan  empat tahun yang lalu Wamena tidaklah seramai sekarang.Sebagai contoh,cafe yang kami datangi telah memiliki fasilitas bilyard dan karaoke di lantai atas.Hmm...mulai ada kehidupan malam di Wamena.Hanya satu yang jadi pertanyaan saya,kemana penerangan jalan dan traffic light di Wamena??



Hari Senin kami semua kembali ke Jayapura.Dua malam yang berkesan di Wamena membuat saya semakin bersyukur atas hidup saya yang telah diberi kemudahan untuk dapat menikmati keindahan alam Papua ini.Terimakasih untuk acara muter-muter di Wamena!Terimakasih Tuhan,terimakasih yang istimewa untuk mas Zulpan,Atiet,Mas Sri dan Henni.Kapolres Jayawijaya dan istri,Dian yang meskipun saat itu sedang  tak berada di Wamena namun telah memberi kemudahan bagi kami berwisata di sana,Kasat Lantas Jayawijaya AKP Bayu beserta istri,Kapolsek KP3 udara IPTU Dodik beserta istri,Pak Harbani,Ibu-Ibu pengurus Bu Budi,Bu Sunarto,Bu Suryanto dan semuanya.Thanks juga untuk driver tangguh kami Yusuf dan Pak Ruslan.Jika ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi,jika ada umur panjang boleh dong kita ke Wamena lagi…. *Wa wa wa…(ucapan terimakasih dalam bahasa Wamena)

Baliem Pilamo Hotel
Jl.Trikora 114 (0969) 31043-32359 Wamena
Website: Baliempilamohotel.com
Rate: From Rp.456.000-Rp.3.600.000,-
The Baliem Valley Resort
Http://www.baliem-valley-resort.de
Rate: WNI Rp.950.000
WNA: Rp.1.500.000,-