Saturday, January 31, 2009

Museum R.S Mata Dr.Yap

Beginilah jika punya kaki yang selalu gatal ingin melangkah terus,tak betah duduk diam-diam tanpa menikmati sesuatu yang baru...singkat kata,kesasarlah aku ke sebuah museum yang baru pertama kali kudengar sepanjang usiaku.Museum R.S Mata Dr.Yap.


Bermula dari mengantar suami yang akan dioperasi mata ringan/diambil tindakan eksterpasi Pterygium di R.S Mata Dr.Yap Jalan Cik Di Tiro no 5 Yogya.Menunggu dokter yang belum juga tiba membuat kakiku mulai clekit-clekit,nah parahnya ini bukan gatal karena digigit semut atau kesemutan karena duduk terlalu lama,tapi rasanya mulai tak betah hanya duduk-duduk di depan ruang operasi.Mulailah mis muter-muter beraksi.Kali ini yang diputari adalah R.S Mata!

Dibagian belakang R.S di sebelah Mushola,mataku sempat menangkap ada papan bertuliskan Museum.O,O.....museum apa nih di dalam sebuah R.S Mata?Mulai deh gatel,pengen tahu.Karena ruangan tertutup maka aku menghubungi bagian pendaftaran yang tak lama kemudian datanglah seorang petugas security yang mengantar aku dan membukakan pintu museum tersebut.


Olalaaaa....ternyata museum ini terbagi atas beberapa ruangan,antara lain ruang alat-alat kedokteran ,ruang perpustakaan dan juga terdapat alat-alat rumah tangga dan barang-barang peninggalan Dr Yap Hong Tjoen dan Dr Yap Kie Tiong pendiri R.S Mata Dr Yap ini.Sayang tak ada petugas yang memandu secara khusus dan menjadi tempat bertanyaku.Mana ruangannya syereeeemm,maklum bangunan lama,hiiiyyyy!Untung ada seorang karyawan lainnya yang menemani dan membantu sedikit-sedikit menjelaskan tentang barang-barang yang ada di sana.

Di ruang perpustakaan

Di museum tersebut aku menemukan antara lain alat-alat kedokteran jadul.Wekkzz di ruangan ini lumayan tak membuatku betah karena i
ngin merinding-merinding disko,mana lampu tak bisa dinyalakan,jadi hanya sempat memotret seadanya,dan langsung ngacir ke ruangan selanjutnya.


Di ruangan alat-alat rumah tangga,ada berbagai barang pribadi Dr,Yap,dari mulai tempat tidur,meja rias,cermin antik yang ada tulisan Chinanya (aku naksir cermin ini sangaaaattt!),peralatan makan kuno asal China juga kurasa,Biola dan satu set piringan hitam/radio.


Ada pula beberapa lukisan,antara lain lukisan Dr.Yap dan juga satu lukisan bergambar mata yang membuat suasana tambah horror,beibeehh!!


Di ruang perpustakaan ada koleksi buku-buku dan juga foto-foto,baik foto keluarga Dr.Yap maupun kolega,semuanya masih dirawat hingga kini oleh karyawan sana.

Keripik singkong,ubi jalar,tales Bogor,kacang mede,petei cina!!!Melihat-lihat isi museum ternyata sempat membuatku lupa bahwa aku telah meninggalkan sang kekasih hati yang duduk sendirian di depan ruang operasi menanti saatnya menjadi seorang one eye jack bin pendekar mata sebelah!!Hiyaaaaatttt!!Akupun segera melompat kembali ke tempat semula,TUING,TUING!!

Sunday, January 25, 2009

Rumah Budaya Tembi dan Pasar Seni Gabusan

Aku sendiri baru mengenal nama tempat ini,Rumah Budaya Tembi atau Tembi House of Culture.Kalau Jeng Tina tak menyebutnya mungkin aku tak akan tahu sampai sekarang.Sepulang dari Pantai Depok kemarin akhirnya kami sempatkan untuk mengunjungi tempat tersebut.


Rumah Budaya Tembi terletak di Jalan Parangtritis km 8,4 Dusun Tembi,Timbulharjo,Sewon Bantul Yogyakarta.Dari arah Yogyakarta menuju Pantai Parangtritis tempat ini terletak di sebelah kiri jalan,belok sedikit setelah ada plang penunjuk tempatnya.Tadinya sempat bingung sih,ini tempat apa,tapi ternyata setelah melihat-lihat,wooow...ini tempat bagus yang perlu dikunjungi!

Depan rumah tradisional

Rumah Budaya Tembi sendiri mempunyai banyak fasilitas,selain sebagai penginapan/akomodasi yang berkonsep pedesaan.Penginapannya sendiri me
nyerupai suatu lingkungan pedesaan dengan bangunan berupa rumah-rumah tradisional,seperti rumah Limasan (Jawa)dan rumah tradisional Jawa Barat.Meskipun furniturenya serba antik dan juga kamar mandi yang alami namun jangan kuatir,ada pula ac di masing-masing kamarnya.Ada beberapa kamar/rumah yang viewnya ke kolam renang,sedangkan kolamnya sendiri berdempetan dengan sawah.Untuk TV sayang sekali tak ada di masing-masing kamar,hanya terdapat di tempat makan yang bernama Pulo Segaran.Tentu saja,karena konsepnya seperti berada di pedesaan jadi satu-satunya tempat berinteraksi adalah pulo segaran tadi.

Duren Nyemplung Dawet

Es Secang

Aku dan Tina sempat ngemil dan minum juga di Pulo Segaran.Tina mencoba minuman yang namanya Duren Nyemplung Dawet,ahaaaa.....ternyata es dawet Banjarnegara dengan sirup aren asli yang diberi buah duren.Sluuurrp!Aku sendiri pesan es secang yang segar dan minuman Bregas rasa jeruk Nipis,kemudian snacknya kita pesan lumpia pitik (lumpia ayam) dan pisang goreng yang siram gula jawa yang setiap porsinya masing-masing berisi tiga potong.Harga makanan disana tak begitu mahal,untuk semua yang kami pesan itu kami hanya membayar sebesar Rp.2o.000,-

PisGor dan Lumpia pitik

Di kompleks Budaya Tembi ini selain ada penginapan dan tempat makan,juga terdapat pendopo yang bisa disewakan,dan juga galeri seni,perpustakaan bahkan Museum yang berisi peralatan tradisional masyarakat Jawa.Ughh sayang aku tak sempat mampir ke museum dan perpustakaannya karena hari telah sore dan kami ha
rus segera kembali ke Yogyakarta.Lain kali tentu tak akan terlewatkan.

Oya,sebelum ke Rumah Budaya Tembi ini bila dari arah Pantai Parangtritis disebelah kiri jalan ada pula satu tempat yang bisa dikunjungi pula yakni Pasar Seni Gabusan yang di dalamnya terdapat berbagai kerajinan Bantul seperti anyaman bambu,rotan,kerajinan dari tanah liat,logam dan masih banyak lagi.Di halamannya sendiri sepertinya sering diadakan pertunjukan seni,seperti saat aku kesana sedang dilaksanakan lomba menyanyi campursari.Aku sendiri lebih tertarik dengan gong raksasa yang berada di depan pasar seni tersebut.Kebayang kan,pemukul gongnya sebesar apa kalau ada*mikir sambil ngowoh*

Gong raksasa


Fiiuhhh lelah juga jalan-jalan ke Bantul.Tapi tetap semangat dong...dan lain waktu aku kan kembali lagi ke sana,terutama Rumah Budaya Tembi yang suasananya keren bangeeett!

Pantai Depok

Tiada saat yang menggembirakan selain Long Weekend!Untuk yang doyan jalan pasti tak akan melewatkan kesempatan langka ini.Termasuk aku,dong.Kali ini janjian dengan Jeng Tina untuk 'memanjangkan kaki' dan berwisata kuliner seafood di pantai Selatan.Karena tak ada tempat lain yang lebih pas untuk menikmati seafood selain di Pantai Depok maka kami memutuskan untuk muter-muter di Pantai Selatan Yogyakarta tersebut.


Terletak di Selatan Yogyakarta tepatnya di Bantul,Pantai Depok berjarak sekitar 25 kilometer dari kota Yogyakarta.Mencari lokasinyapun tak sulit,dari arah Yogya kita membelok ke arah Barat sebelum loket tiket Parangtritis.Di sana terdapat pangkalan Pendaratan Ikan dan juga sekaligus Tempat Pelelangan Ikan yang menawarkan aneka ragam ikan.Aku dan Jeng Tinapun langsung mengubek-ubek tempat yang ramai dikunjungi wisatawan tersebut.

Beli ikannya Bu,tambah dua lagi!

Ini Undur-Undur goreng

Para penjual ikanpun dengan hebohnya menawarkan dagangan mereka,dari ikan Bawal,Tongkol,Kerang,kepiting hingga ikan Hiu!Karena jarang-jarang melihat ikan hiu,aku dan Jeng Tina malah asyik mejeng depan kamera dan memegang ikan tersebut sepuasnya,kapan lagi....kalau ikannya masih hidup tak mungkiiiiinnn!!Rayuan aduhai para penjual ikan membuat kami tertarik untuk memilih 3 ikan bawal putih,sekilo kerang dan setengah kilo cumi-cumi.Setelah membayar,di sana terdapat banyak warung makan yang menawarkan jasa memasakkan hasil belanjaan kami,maka tinggal memilih saja tempatnya sudah ada yang memasakkan.Kita hanya membayar jasa memasaknya.Jika dimakan ditempat kita hanya menambah biaya untuk nasi dan minumannya saja.

Jeng Tina tanya,ikan hiunya cakep nggak?

Sambil menunggu ikan,cumi dan kerang dimasak,aku dan Jeng Tina memutuskan untuk ber'poti-poti' di sekitar pantai.Waduuuuhhh sayang banget,sedang asyik jeprat-jepret kamera malah turun hujan.Terpaksalah kembali ke warung dengan muka manyun.Padahal kita lagi hot-hotnya lhooo hihihi....mana belum action dengan layangan lagi.Keburu anginnya mabur.Bahhhh!!

Nyi Perahu Selatan

Untung makanannya cepat datang.Bawal bakar kec
ap,kerang rebus,cumi masak saus tiram, cumi goreng tepung berikut nasi hangat dan sambel lalapan membuat perut kami bergoyang disco.Apalagi ditemani kelapa muda yang segar.Wuenaaaakkk!!Segitu banyaknya makanan kok ya muat di perut kami berdua ya??

Ini semua yang kami santap di Pantai Depok

Karena masih banyak tujuan kami,segeralah kami beranjak dari Pantai Depok yang saat itu cuacanya mendung-mendung empuk.Sempat pula berfoto di dekat gumuk pasir di sekitar pantai Depok.Konon dulu gumuk pasirnya masih banyak dan mirip padang pasir kata Jeng Tina tapi kini tinggal sedikit saja.


Mobil nggak mogok kok didorong yak?

Hmmmm...sayang sekali,padahal bisa dipakai untuk lokasi foto,tuh.Lagipula saat itu ada rombonganmurid perguruan ilmu bela diri yang sedang berlatih di sana,jadi gagal deh foto-fotoannya.Masa sih mau ikut bergabung latihan bela diri?Ciaaaaaattttt! *Membayangkan jadi pendekar sakti mandraguna dengan jurus macan mabok*

Wednesday, January 21, 2009

Poti-Poti di Kayangan Api

Kayangan Api merupakan sumber api yang tak kunjung padam.Berada di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem,di sebuah kawasan hutan lindung di Bojonegoro,Jawa Timur.Aku sendiri sudah empat kali mengunjungi tempat ini,tapi tetap belum bosan karena setiap datang ke Kayangan Api selalu bersama dengan orang yang berbeda.Dulu dengan kekasih hati,keluarga,teman dan kini karena rayuan Ibu-Ibu Pengurus Wilayah yang sudah ketularan virus poti-potiku.

“Kita foto Buuu...di Kayangan Api saja...” Maut benaaaarrrr rayuan Bu Nuril.Tak tega juga melihat Ibu-Ibu yang sepertinya haus beraction depan kamera.

Aku sendiri tak menyangka sedemikian parahnya demam poti-poti melanda Ibu-Ibu sejak aku bergabung di Kepengurusan Wilayah.Jika ada yang protes,salahkanlah dakuuuuu!!

Kayangan api menurut cerita dahulu adalah tempat petilasan seorang empu pembuat keris pada jaman Majapahit yakni Ki Kriya Kusuma.Pada saat itu Ki Kriya Kusuma mengasingkan diri ke tempat ini dan melakukan tapa sambil membuat keris yang akhirnya terciptalah salah satu kerisnya yang diberi nama “Dapur Jakung luk telu Blong pok Gonjo”.

Tempat Semedi Ki Kriya untuk membuat keris

Di Kayangan Api selain ada sumur besar tempat berasalnya api yang tak kunjung padam itu juga terdapat seperti semburan air bercampur lumpur dan belerang yang konon dahulu juga dipakai Ki Kriya Kusuma untuk mencuci kerisnya.Apinya sendiri sering diambil apabila ada upacara penting seperti yang pernah dilaksanakan yakni pada saat akan Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X.Kemudian selain dijadikan sebagai obyek wisata,di Kayangan Api sendiri sering dilaksanakan upacara lain seperti upacara Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro dan ruwatan massal.

Sumur api,lho kok dikelilingi bidadari?

Ibu-Ibu sendiri begitu kendaraan tiba di lokasi langsung tak mau kehilangan waktu untuk berpoti-poti.Gaya teruuuuussss!!Cckk cckkkk....kalau anak dan cucu mereka melihat kelakuan Ibu atau Neneknya dijamin mereka akan geleng-geleng kepala.Padahal apinya sendiri jika siang hari tak kelihatan di foto tapi gaya mereka sampai jungkir balik,nggak kukuuuuuu!!

Gaya apa sih ini??

Selain berfoto di Kayangan Api,Ibu-Ibu juga sempat minta berfoto di sawah-sawah.Begitu melewati hamparan padi langsung minta turun dari mobil ”Foto di sawah dulu Bu!” Padahal ya ampyuuunnn saat itu terik mentari hampir membakar ubun-ubun tapi dengan cueknya mereka tetap pasang gaya depan kamera.Klik.Klik.

Ditengah sawah dengan Enggar PHL kantor

Si manis penunggu jembatan

Masih di dekat sawah,Ibu-Ibu mengajak foto dibawah jembatan.Haaaah??Serius??!!Berasa jadi si manis penunggu jembatan!Halaaahh....mereka kok lebih heboh dari Mis Muter-muter yak??

AMIT-AMIT JABANK BEBEEEEEKKKKKK!!!



Monday, January 19, 2009

Jalan-jalan ke Muntilan dan sekitarnya

Hari Sabtu yang lalu adalah hari plesirku ke Muntilan.Mumpung di Yogya,janji ketemuan dengan Jeng Tina buat makan Sop Empal Bu Haryoko.Sebenarnya sudah lama aku mendengar nama sop empal asal Muntilan yang kondang ini,tapi dasar sok sibuk (padahal sibuknya ya sibuk muter-muter)belum terlaksana juga sampai beberapa hari yang lalu Jeng Tina mengingatkan lagi dan mengajak maem di sana.Sebenarnya seenak apa sih sop empal ini,sampai-sampai pernah masuk juga dalam acara wisata kulinernya pak Bondan Winarno....


Ternyata tak sulit mencari warung sop empal bu Haryoko yang dimaksud,terletak di dekat klenteng Muntilan dan warungnya tak begitu besar.Kata Tina dulu malah warung aslinya hanya setengah dari warung yang sekarang.Begitu Sop Empalnya keluar,ealaaaahh ternyata sopnya terkesan biasa saja dari tampilannya,hanya nasi yang diberi bihun diatas nasi yang disiram kuah sop bening.Nah,empalnya sendiri terpisah.Meskipun terkesan sederhana,tapi begitu lidahku menyentuh sop dan empal tersebut....olalaaaaa....rasanya tak bisa berhenti mengunyahnya!Daging empalnya lembut,manisnya pas,sopnya juga segar,sekarang saja aku lagi ngiler berats membayangkannya!Top markotop.Sip markusip.Pokoknya whuenaaaakkk!!Buat yang kebetulan mampir Muntilan,kayaknya rugi deh kalau tidak mencobanya.Silahkan ke sana,tapi jangan lewat dari pukul 14.00 WIB (terutama hari Libur) jika tak ingin kehabisan.

Sop Empal

Setelah kekenyangan sampai habis dua piring sop empal(ccckkk...doyan apa rakus nih),kami melanjutkan acara jalan-jalan ke Mendut,candi yang terletak di Desa Mendut Kecamatan Mungkid Magelang.Yang tadinya tujuan kami akan ke candinya,tiba-tiba berubah begitu kami melihat ada Vihara(Buddhist Monastery)yang berada di sebelah candi tersebut.Mampirlah kami di tempat yang mempesona kami tersebut.Ternyata disana merupakan salah satu lembaga pendidikan bagi para biksu dan juga tempat bermeditasi.



Di kompleks Vihara

Kami sempat menemui bermacam patung dan stupa Buddha di sana.Konon disalah satu stupa itu didalamnya terdapat rambut sang Buddha?Kemudian ada pula,genta yang katanya setiap pukul 10.00 WIB dibunyikan.Arca Buddha yang sedang b
ertapa dibawah pohon Bodhi hingga kurus badannya pun ada.Pohon Bodhinya sendiri dibawa dari Kamboja,demikian juga pohon Sala yang kami temui.Aku juga baru tahu itu pohon Sala dari seorang security disana,dan konon dibawah pohon Sala Buddha disemayamkan.Saat berada di dekat pohon Sala itu kami bertemu dengan anak-anak warga sekitar yang sedang bermain petak umpet,ikutan main deh,eh,foto-foto, huehehehe!!

Anak-anak,ini namanya pohon Sala

Kalau yang ini bunga Sala

Di depan salah satu genta yang ada

Beranjak ke bangunan di pojok dekat pohon Bod
hi adalah ruangan meditasi.Didalamnya ada patung Buddha yang berasal dari Kamboja.Setelah lampu di ruangan itu dinyalakan,uughh keren banget!Berada di dalam ruangan itu benar-benar adem banget.Rasanya lama-lama malah jadi ngantuk dan pengen leyeh-leyeh,halaahh!!

Ruang Meditasi tampak samping,lihat atapnya yang unik

Patung Buddha dalam ruangan meditasi

Dari ruangan meditasi itu kita beranjak pulang,namun sebelum pulang sempat mampir menikmati kelapa muda dibawah pohon beringin dan memandang ke arah candi Mendut di depannya.Akkhhh....sejuk nian rasanya!

Candi Mendut

Nyantai di Bawah Pohon Beringin

Meskipun sudah merencanakan akan kembali ternyata kaki ini masih gatel saja rasanya.Ingin lanjut jalan.Hmmm..tapi kemana ya?Sop ka
mbing,nasi goreng,sate kebo,dadar gulung,rujak cingur,kerak telor!!!Ternyata kami masih menuruti perut buncit ini ke....warung sate dan tongseng kambing Pak Kurdi!!

Tongseng Kambing

Sate tanpa tusuk ala Pak Kurdi

Busyeeeett....perut kagak ada kenyangnya!!Jadilah kami berdua makan-makan di warung yang terletak di jalan menuju Candi Borobudur.Kata Tina warung ini paling ramai karena paling terkenal.Benar saja,pas kami kesana warung dalam kondisi ramai.Hampir mirip orang kalap,kami berdua pesan tongseng dan sekaligus satenya.Hajar bleeehh!!Endut,endut deehh....Jalannya tak seberapa,makannya LUAAARRR BIASAAAAA!!