Friday, August 22, 2008

SELAMAT ULANGTAHUN PAK KOMANDAN!

Kutatap sosok itu,diusianya yang ke 65 tahun Bapak masih saja sama seperti yang lalu-lalu.Masih dengan gaya santainya bercelana pendek dan kaos kesayangan yang warnanya sudah berubah,duduk di kursi goyang depan TV dan sesekali menyeruput minuman hangat yang diletakkan di meja kecil samping kanannya.Nasi kuning yang dimasak Ibu mengepul di atas meja mengiringi usianya yang bertambah di hari ini.

Ya,setiap kali aku datang ke rumah Bapak di Tuban,begitulah posisi kesukaan Bapak,menerima kami di ruang keluarga sambil menemani kami mengobrol di kursi goyangnya.Bapak memang terlihat masih sehat,namun kuperhatikan gerakannya sekarang tentu tak selincah dulu tatkala Bapak masih aktif berdinas di Kepolisian meski karismanya masih sangat kurasakan hingga sekarang.
Sebagai seorang anak(mantan) Polisi,aku terbiasa melihat segala aktifitas Bapak yang luar biasa sibuknya,terutama saat Bapak bertugas di wilayah.Kadang bila diperlukan,tengah malampun Bapak akan keluar rumah demi melaksanakan tugas-tugasnya.Dulu aku sering heran,kenapa Bapak yang seorang komandan di kantornya masih harus ikut terjun juga ke lapangan seperti mengejar penjahat dan lain sebagainya,tapi itulah Bapak,apapun akan dilakukan demi tugas.
Selain terlihat perkasa di pekerjaannya,Bapak ternyata juga seorang ayah dan Bapak Rumah tangga yang baik.Tak segan-segan Bapak ikut membantu kegiatan di rumah bila sedang tak bertugas.Aku masih ingat,saat kami tak punya pembantu,kadang Bapak ikut menyeterika baju dan tak jarang kupergoki Bapak mencuci piring serta peralatan dapur.Kami diajari untuk mandiri,minimal ikut membantu seluruh pekerjaan di rumah dari membersihkan kamar dan barang-barang pribadi kami.Seringnya aku berpisah dengan Bapak dan Ibu(beberapa kali kami tak tinggal sekota) membuatku belajar menjadi seorang pemimpin di rumah,dari mengurus rumah hingga mengatur keuangan.Seingatku,berdua dengan adik kami sudah diajar mandiri sejak bangku SMP,waktu itu beberapa kali kami sudah mulai ditinggal karena Ibu harus mengikuti Bapak yang sedang mengikuti sekolah di SESPIM.Kemudian saat SMA,di Bandung kami juga beberapa kali ditinggal Ibu yang menyusul Bapak ke Inggris dalam rangka mengambil S2nya disana.Kami benar-benar sendiri.Kadang ada rasa sedih menyeruak,namun akhirnya kupahami bahwa dari apa yang dulu kujalani itu ternyata banyak hikmah yang kuperoleh di masa kini.

Salah satu hal yang paling kuingat adalah saat aku harus menikmati kesederhanaan yang diajarkan oleh Bapak.Aku paling sedih tatkala tak bisa memakai baju baru atau bergaya mengikuti trend seperti teman-teman lainnya.Bapak tak akan mengijinkan aku membeli baju,sepatu ataupun mainan baru bila tak dibelikan.Bapak pernah bilang,"Buat apa beli baju kalau kamu masih bisa pakai baju yang lama.Baju itukan cuma akan jadi gombal nantinya,".Satu-satunya barang yang boleh kubeli hanyalah buku dan peralatan sekolah.Bila aku akan membeli buku maka bapak tak akan segan-segan mengeluarkan uang untuk itu.Selain itu Bapak melarang kami untuk meminjam barang,sebisa mungkin kami harus pakai apa yang kami punya.Bapak melarang kami clubbing,dugem atau sejenisnya sampai aku kuliah,namun sangat mendukung bila kami melakukan travelling untuk menambah wawasan.Saat aku masih kecil sudah diajari kemping,tidur di kemah di tengah udara dingin dan mengikuti Bapak berpergian dengan menggunakan mobil pribadi keliling pulau Jawa dan Bali pada saat beliau mengambil cuti.Kami juga tak pernah dimanjakan oleh fasilitas meski Bapak tetap memberi kami kasih sayang dan perhatian.Masih terekam baik diingatanku saat Bapak sudah menjadi pimpinan tertinggi didaerahnya,kami anak-anaknya masih juga tak diberi fasilitas semacam mobil pribadi meski saat itu aku sudah sering melaksanakan aktifitas harus siaran di radio sampai larut malam.Aku sampai hapal dengan rute kendaraan umum bahkan juga jam-jam tukang ojek mangkal.Teman-teman sering meledek dengan mengatakan,"Masa anak Jendral nggak punya mobil?"

Jika dulu aku banyak mengeluh mengapa aku tak mengalami kemudahan-kemudahan atau hal-hal yang oleh teman-teman sebayaku tak mereka rasakan,namun kini aku dengan bangganya bisa mengatakan bahwa aku bahagia mendapat semua pengalaman itu.Ternyata semua hal yang diajarkan oleh Bapak berpengaruh banyak dikehidupanku,antara lain aku tumbuh menjadi anak yang lebih tegar,berani,teratur dan mewarisi bakat kepemimpinan Bapak.Harus kuakui peran Bapak sangat besar dalam kehidupanku.

Nasi kuning di piringku sudah tandas.Aku kembali memperhatikan sosok Bapak disampingku.Pak Komandan,begitu kami kadang-kadang memanggilnya sambil bercanda terlihat sudah semakin tua namun masih tetap berwibawa dalam kesahajaannya.Disisa usianya ini aku ingin lebih membahagiakan dirinya dengan membuatnya bangga dan kuharap akan mempunyai banyak lagi waktu untuk beliau.Selamat ulang tahun Pak Komandan!Peluk ciumku untukmu!

1 comment:

Admin said...

BAPAK... adalah BAPAK, seorang lelaky yang di mata kita terpatri sebagai benteng dan atap wuwungan rumah tangga... tempat berlindung di kala takut.. tempat berteduh dikala duka dan sara..
Bapak dengan segala kekuatannya, tidak akan pernah mau memeluk dan mendekap kita... karena.. jika ia memeluk dan mendekap.. akan sulit baginya untuk melepaskan lagi.. Naluri pelindung dan pemimpinnya tetap menempatkan kita sebagai beban yang harus dipertanggungjawabkan kelak.. apapun resikonya.. kapanpun waktu dan tempatnya.. tidak memandang sang surya yang semakin cepat bergulir turun di ufuk barat...